Jumat, 27 Maret 2015

Hormon Sistem Reproduksi Hewan Jantan


          I.       Mekanisme Hormon Sistem Reproduksi Hewan Jantan
(Rhoades, 2009)
                                Epitel benih dalam tubulus seminiferus berkembang melalui pembelahan sel menjadi spermatozoa. Sel benih yang membelah menjadi spermatozoa disebut spermatogonium. Spermatogonium terletak di atas membrane basal dari tubulus seminiferus. Jika membelah menjadi dua, maka salah satu tetap terletak di atas membrane basal sedangkan yang kedua berubah menjadi spermatosit I kemudian membelah lagi menjadi spermatosit II, berubah menjadi spermatid dan akhirnya menjadi spermatozoa muda. (Soebadi, 1987)




Hormon GnRH yang disekresi hypothalamus mengatur produksi gonadotropin pituitary, LH (Luteinizing Hormone) dan FSH (Follicle Stimulating Hormone). GnRH dilepaskan secara independent berritme setiap sekitar dua jam, mengakibatkan sekresi LH dan FSH. Denyut hormonal dinamis ini merupakan bagian dari variasi yang luas dari LH dan testosteron. LH terutama beraksi pada sel leydig untuk menstimulasi sintesis testosterone. Kendali regulasi dari sintesis androgen dimediasi oleh feedback testosterone dan estrogen pada hipotalamus dan hipofisis anterior. (Longo et al, 2011)
            FSH bekerja pada sel sertoli untuk mengatur spermatogenesis dan produksi sertoli seperti inhibin B yang bekerja secara selektif mensuppresi produksi FSH pada hipofisis anterior. Walaupun jalur regulasi sel leydig dan sertolli yang berbeda ini, fungsi testis terintegrasi dalam berbagai tingkat : GnRH mengatur kedua gonadotropin (LH dan FSH); spermatogenesis membutuhkan kadar testosterone yang tinggi. Beberapa interaksi parakrin antara sel leydig dan sertolli penting untuk fungsi testis yang normal. (Longo et al, 2011)



A.       Testosteron
      Diproduksi pada testis jantan. Hormon ini berfungsi mengontrol perkembangan dan fungsi gonad jantan serta perkembangan seks sekunder. (Nelson, 2004). Selain itu juga, berfungsi merangsang pendewasaan spermatozoa yang terbentuk dalam tubuli seminiferi, merangsang pertumbuhan kelanjar acessori. (Soebadi, 1987)

B.        FSH (Follicle-Stimulating Hormone)
Karena mengandung asam amino dan karbohidrat maka FSH termasuk hormon protein. FSH berfungsi merangsang pembesaran testes karena terjadi perkembangbiakan spermatozoa dalam tubuli seminferi. (Soebadi, 1987)

C.        LH (Luteinizing Hormone) 
Fungsi LH adalah merangsang sel –sel interstisial dalam testes, seperti sel leydig. Sel leydig dirangsang untuk memproduksi androgen. Tingginya kadar testosterone (androgen) dalam tubuh menyebabkan terjadinya pendewasaan spermatozoa. (Soebadi, 1987)

D.       GnRh (Gonadotropin Releasing Hormone)
GnRh adalah hormon peptida yang dihasilkan oleh hipotalamus. Berfungsi untuk merangsang hipofisis atau pituitary bagian anterior untuk mengeluarkan FSH dan LH. Di hipotalamus, pengeluaran GnRH diatur oleh nukleus arkuata. Neuron pada nukleus arkuata memiliki kemampuan untuk memproduksi dan melepas gelombang GnRH ke hipofisis. (Nelson, 2004)

E.        Estrogen
Hormon ini dihasilkan oleh sel-sel sertoli, hormone ini berfungsi untuk pematangan sperma. (Soebadi, 1987)








DAFTAR PUSTAKA


Almeida, S.A., Kempinas, W.G. and Carvalho, L.T.L. 2000. Sexual behavior and Fertility of Male Rats Submitted to Prolonged Immobilization-Induced Stress. Braz J Med Biol Res, Vol. 33(9): 1105-1109.

Aughey, E., Frye, F.L. 2001. Comparative Veterinary Histology with Clinical Correlates. Spain: Manson Publishing.
Bagley, Clell V., C. Kim Chapman. 2005. Breeding Soundness Evaluation of Bulls. AH/Beef/2005-01.
Banerjee, G. C. 1982. A Textbook of Animal Husbandry. New Delhi : Oxford & IBH Publishing Co.
Gartner, Leslie P, James L.H. 2007. Color Textbook  Of  Histology. Philadelphia : Saunders Elsevier.
Jainudeen, M. R. and E.S.E. Hafez. 1980. Cattle and buffalo. In: Reproduction in Farm Animals. Philadelphia : Lea and Febiger.
Longo, Dan, Anthony F, Dennis K, Stephen H, Jameson J, Joseph L. 2011 .Harrison's Principles of Internal Medicine 18th Edition. UK : McGraw Hill Professional.
Nainggolan, O. Simanjuntak, J.W. 2005. Pengaruh Ekstrak Etanol Akar 17 Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack) terhadap Perilaku Seksual Mencit Putih. Cermin Dunia Kedokteran Vol. 146 : 55-57.
Mozes,R.T. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Bandung: Penerbit Angkasa.
Nelson, David L, Michael M.C. 2004. Lehninger Principles Of Biochemistry. New York : W. H. Freeman.
Partodiharjo, Soebadi. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta : Mutiara Sumber Widya.
Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung: P .T. Angkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar