May it better than others :)
LEARNING OBJECTIVE
I.
Perbedaan SCL dan TCL
II.
Sistem Pembelajaran SCL
III.
Manfaat sistem SCL
IV.
Keunggulan dan kekurangan SCL dan TCL
PEMBAHASAN
I. Perbedaan SCL dan TCL
STUDENT CENTER LEARNING
(SCL)
|
TEACHER CENTER LEARNING
(TCL)
|
Berfokus pada
Mahasiswa
|
Berfokus pada Dosen
|
Two
Way Traffic
|
One
Way Traffic
|
Dosen sebagai fasilitator
dan mitra pembelajaran
|
Dosen sebagai sumber
ilmu utama
|
Mahasiswa bertanggung
jawab atas pembelajarannya dan menciptakan kemitraan antara mahasiswa dan
dosen
|
Mahasiswa diberi
kuliah oleh dosen
|
II. Sistem Pembelajaran
SCL
A. INDEPENDENT
/ INDIVIDUAL
Independent
/ Individual adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas individual
peserta didik. Pada saat ini, pembelajaran individu tidak menjamin pembelajaran
organisasi, tetapi pembelajaran organisasi tidak akan terjadi tanpa pembelajaran
individu (Garvin, 2000; Kim, 1993).
Tujuan
individual learning bagi
para peserta didik adalah agar mereka secara mandiri dapat mengatur tujuan
pembelajaran jangka pendek dan jangka panjang yang ingin dicapai, melacak
kemajuan dan prestasi selama waktu periode tertentu. Manfaat sistem pembelajaran Independent ini mampu memenuhi
kepentingan peserta didik secara individual.
Mercer dan
Mercer (1989) menyatakan bahwa terdapat empat langkah penting dalam pelaksanaan
individual learning ,
yaitu:
• Mengidentifikasikan ketrampilan yang ditargetkan melalui assessment
• Menentukan kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang mungkin
dapat memudahkan (memfasilitasi) pembelajaran.
• Merencanakan pembelajaran.
• Memulai pembelajaran yang mengatur data harian.
• Menentukan bagian dari proses belajar dinegosiasikan oleh
peserta didik dan fasilitator/dosen.
B. COOPERATIVE
Cooperative learning merupakan suatu
aktivitas pembelajaran dengan penekanan pada pemberdayaan peserta didik untuk
saling belajar melalui pembentukan kelompok-kelompok sehingga mereka dapat
bekerja sama dalam memaksimalkan proses pembelajaran diri sendiri ataupun
peserta didik lainnya secara lebih efektif. Cooperative learning mempunyai tujuan untuk meningkatkan
kepercayaan diri, memperbaiki kemampuan berfikir secara global, meningkatkan
hubungan antarkelompok, dan meningkatkan gairah belajar. Manfaat yang diperoleh
dalam pembelajaran cooperative
learning adalah peningkatan rasa kepercayaan diri, peningkatan
rasa menghargai keberadaan orang lain, peningkatan rasa untuk saling memberikan
dan menerima pengetahuan diantara peserta, dan peningkatan kesadaran perlunya
kemampuan dalam bekerjasama (Team work).
Prinsip pembelajaran
cooperative adalah terjadi komunikasi antar peserta didik, tanggung jawab
terhadap hak dan kewajibannya, saling menghargai antarpeserta didik, dan setiap
peserta mempunyai peran yang sama dalam menyelesaikan masalah.
C. COLLABORATIVE
Collaborative learning pada
dasarnya merupakan pembelajaran yang berdasarkan pengalaman peserta didik
sebelumnya (prior knowledge) dan dilakukan secara berkelompok. Collaborative learning dilakukan
dalam kelompok, seperti halnya pada pembelajaran kooperatif dan kompetitif,
tetapi tidak diarahkan untuk berkompetisi dan tidak diarahkan hanya pada satu
kesepakatan tertentu.
Collaborative
learning mempunyai tujuan untuk memperluas perspektif/ wacana peserta didik, mengelola
perbedaan dan konflik karena proses berpikir divergen, membangun kerjasama,
toleransi, belajar menghargai pendapat orang lain, dan belajar mengemukakan
pendapat. Manfaat yang diperoleh dalam pembelajaran colaborative learning adalah mengembangkan daya nalar berdasarkan
pengetahuan/ pengalaman yang dimiliki dan sharing pengetahuan/pengalaman
dari teman kelompoknya, memupuk rasa tenggang rasa, empati, simpati dan
menghargai pendapat orang lain, menambah pengetahuan secara kolektif, dan
mendapatkan tambahan pengetahuan untuk dirinya sendiri.
D. ACTIVE
Active learning mengacu pada teknik di mana peserta didik
melakukan lebih banyak aktivitas dan bukan hanya mendengarkan fasilitator.
Peserta didik melakukan beberapa hal termasuk menemukan, mengolah, dan
menerapkan informasi. Active learning bertujuan
untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik,
sehingga semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai
dengan karakteristika pribadi yang mereka miliki. Di samping itu active learning juga
dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik agar tetap tertuju pada
proses pembelajaran. Manfaat active
learning adalah untuk memungkinkan peserta didik berperan secara
aktif dalam proses pembelajaran baik dalam bentuk interaksi antar peserta didik
maupun peserta didik dengan pengajar.
Prosedur pelaksanaan active learning adalah :
a. Penentuan kebutuhan untuk pembelajaran dan
peserta didik
b. Menyusun hasil pembelajaran (secara umum)
c. Menetapkan tujuan pembelajaran
d. Merancang aktifitas pembelajaran
e. Rangkaian aktifitas pembelajaran
f. Mengawali rencana secara terperinci
g. Meninjau kembali rancangan secara rinci
h. Mengevaluasi hasil keseluruhan.
E. SELF
DIRECTED
Self-directed learning (SDL) adalah cara pembelajaran di
mana peserta didik mengambil inisiatif dan tanggung jawab tentang pembelajaran.
Dalam SDL peserta didik sendiri yang menentukan bahan ajar, mengelola dan
menilai proses pembelajaran dan hasilnya. SDL dapat dilaksanakan kapan saja dan
di mana saja, memakai cara pembelajaran yang bebas dipilih sendiri.
Tujuan dari pembelajaran dengan cara SDL ialah untuk
pengembangan tanggung jawab dan kemandirian peserta didik dalam proses
pembelajaran dan dalam menentukan materi pembelajaran dan kompetensi yang
diharapkan. Metode SDL akan bermanfaat menghasilkan kompetensi yang lebih baik,
dan karena peserta didik sendiri yang menentukan kompetensi yang diinginkan
maka kompetensi yang diperoleh juga lebih berguna bagi peserta didik.
Bentuk kegiatannya ialah setiap peserta didik harus mempunyai
logbook yang dipakai untuk mengatur pembelajarannya. Peserta didik
mempelajari dan mengetahui berbagai tugas, hak, kewajiban mereka serta berbagai
pengetahuan dasar yang perlu dimilikinya. Institusi memberi peluang kepada
peserta didik untuk melakukan pengaturan belajar mandiri (self-regulated
learning) yang meliputi: membuat rencana pembelajaran, monitoring setiap
kegiatan belajar dan melakukan evaluasi belajar secara tertulis dalam logbook.
F. RESEARCH
BASED
Research-based learning (RBL)
adalah merupakan salah satu metode (SCL)
yang mengintegrasikan penelitian di dalam proses pembelajaran. RBL memberi
peluang/kesempatan kepada peserta didik untuk mencari informasi, menyusun
hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan atas
data yang sudah tersusun; dalam aktivitas ini berlaku pembelajaran dengan
pendekatan “learning by doing”. (Jones, Rasmussen, & Moffitt, 1997;
Thomas, Mergendoller, & Michaelson,1999, Thomas, 2000).
RBL bertujuan
untuk menciptakan proses pembelajaran yang mengarah pada aktivitas analisis,
sintesis, dan evaluasi serta meningkatkan kemampuan peserta didik dan dosen
dalam hal asimilasi dan aplikasi pengetahuan. Dengan RBL maka peserta didik
dapat memperoleh berbagai manfaat dalam konteks pengembangan metakognisi dan
pencapaian kompetensi yang dapat dipetik selama menjalani proses pembelajaran
G. CASE
BASED
Case-based learning (CBL) adalah pembelajaran berbasis
kasus. Peserta didik disediakan kasus yang merupakan simulasi bagi mereka untuk
melatih diri sebagai profesional yang sesungguhnya. CBL bertujuan untuk (a)
melatih mahasiswa belajar secara kontekstual, (b) mengintegrasikan prior
knowledge dengan permasalahan yang ada di dalam kasus dalam rangka belajar
untuk mengambil keputusan secara professional, dan (c) mengenalkan tatacara
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang tepat atau rasional (evidence-based).
CBL bermanfaat agar (a) dosen menyiapkan dan menyediakan pokok bahasan yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran sebagaimana tertera di dalam rencana program
kegiatan pembelajaran semester (RPKPS), (b) bersama-sama peserta didik membahas
kasus yang disajikan. Peserta didik terlatih dan kemudian terbiasa untuk
berpikir secara kritis ketika mengaktifkan dan menggunakan prior knowledge mereka
yang dirangsang oleh kasus yang sedang dibahas bersama.
H. PROBLEM
BASED LEARNING DENGAN METODE SEVEN JUMPS
Problem-Based Learning (PBL) adalah suatu metoda
pembelajaran di mana peserta didik sejak awal dihadapkan pada suatu masalah,
kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student-centered.
PBL bertujuan mengembangkan . knowledge (materi dasar dan komunitas selalu dalam
konteks), skills – hard-soft-life skills ( berpikir secara
ilmiah), critical appraisal (terampil dalam mencari informasi, terampil
dalam belajar secara aktif & mandiri, dan belajar sepanjang hayat), attitudes
(nilai kerjasama, etika, ketrampilan antarpersonal, menghargai nilai
psikososial). PBL bermanfaat untuk peserta didik memiliki kecakapan dan sikap
yang positif, antara lain: kerjasama dalam kelompok, kerjasama antarpeserta
didik di luar diskusi kelompok, memimpin kelompok, mendengarkan pendapat kawan,
mencatat hal-hal yang didiskusikan, menghargai pendapat / pandangan kawan,
bersikap kritis terhadap literatur, belajar secara mandiri, mampu menggunakan
sumber belajar secara efektif, dan ketrampilan presentasi. Secara keseluruhan,
kecakapan dan sikap tadi merupakan modal utama dalam pembentukan lifelong
learner.
Seven Jumps (7 langkah) pada PBL :
L1: Menjelaskan istilah dan konsep
L2: Menetapkan kata kunci dan masalah
L3: Menganalisis masalah
L4: Menhubungkan atau menarik kesimpulan
L5: Merumuskan tujuan/sasaran pembelajaran
L6: Mengumpulkan informasi
L7: Mensintesis dan menguji informasi baru
III.
Manfaat Sistem SCL
Di dalam SCL para peserta didik memiliki
keleluasaan untuk mengembangkan segenap potensinya (cipta, karsa, dan rasa),
mengeksplorasi bidang/ilmu yang diminatinya secara bertanggung jawab, membangun
pengetahuan serta kemudian mencapai kompetensinya melalui proses pembelajaran
aktif, interaktif, kolaboratif, kooperatif, kontekstual dan mandiri.
IV. Keunggulan Dan
Kekurangan SCL Dan TCL
Keunggulan
SCL :
§ Mengaktifkan mahasiswa
§ Mendorong mahasiswa mengasai pengetahuan
§ Mengenalkan hubungan antara pengetahuan dan dunia
nyata
§ Mendorong pembelajaran secara aktif dan berpikir
kritis
§ Mengenalkan berbagai macam gaya belajar
§ Memperhatikan kebutuhan dan latar belakang
pembelajar
§ Memberi kesempatan pengembangan berbagai strategi assessment
Kekurangan SCL :
§ Sulit diimplementasikan pada kelas besar
§ Memerlukan waktu lebih banyak
§ Tidak efektif untuk semua jenis kurikulum
§ Tidak cocok untuk mahasiswa yang tidak terbiasa
aktif, mandiri, dan demokratis
Keunggulan TCL
:
§ Sejumlah besar informasi dapat diberikan dalam waktu
singkat
§ Informasi dapat diberikan ke sejumlah besar
mahasiswa
§ Pengajar mengendalikan sepenuhnya organisasi, bahan
ajar, dan irama pembelajaran
§ Merupakan mimbar utama bagi pengajar dengan
kualifikasi pakar
§ Bila kuliah diberikan dengan baik, menimbulkan
inspirasi dan stimulasi bagi mahasiswa
§ Metode assessment cepat dan mudah
Kekurangan TCL :
§ Pengajar mengendalikan pengetahuan sepenuhnya, tidak
ada partisipasi dari pembelajar
§ Terjadi komunikasi satu arah, tidak merangsang mhs
untuk mengemukakan pendapatnya
§ Tidak kondusif terjadinya critical thinking
§ Mendorong pembelajaran pasif
§ Suasana tidak optimal untuk pembelajaran secara
aktif dan mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Priyatmojo, Achmadi dkk. 2010. Buku Panduan Pelaksanaan Student Centered Learning (Scl) Dan Student Teacher Aesthethic Role-Sharing (Star).
http:/ml.scribd.com/doc/56395455/Buku-Panduan-Pelaksanaan-SCL-STAR.
Diakses tanggal 4 September 2012
Harsono, Sastrowijoto
S. 1996. Inovasi Pendidikan Kedokteran di
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; Pertemuan Consortium of Health
Sciences. Jakarta.
Kuliah umum yang
diberikan oleh Prof.Dr.drh.Bambang Sumiarto,SU.,M.Sc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar