Kamis, 01 November 2012

Laporan Tutorial Blok 1 UP 1


Ini Laporan tutorial pertamaku di UGM...
May it better  than others :)

 
LEARNING OBJECTIVE


                   I.            Perbedaan SCL dan TCL
                II.            Sistem Pembelajaran SCL
             III.            Manfaat sistem SCL
             IV.            Keunggulan dan kekurangan SCL dan TCL





PEMBAHASAN


I.  Perbedaan SCL dan TCL

STUDENT CENTER LEARNING (SCL)
TEACHER CENTER LEARNING (TCL)
Berfokus pada Mahasiswa
Berfokus pada Dosen
Two Way Traffic
One Way Traffic
Dosen sebagai fasilitator dan mitra pembelajaran
Dosen sebagai sumber ilmu utama
Mahasiswa bertanggung jawab atas pembelajarannya dan menciptakan kemitraan antara mahasiswa dan dosen
Mahasiswa diberi kuliah oleh dosen

II. Sistem Pembelajaran SCL
         
A.    INDEPENDENT / INDIVIDUAL

            Independent / Individual adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas individual peserta didik. Pada saat ini, pembelajaran individu tidak menjamin pembelajaran organisasi, tetapi pembelajaran organisasi tidak akan terjadi tanpa pembelajaran individu (Garvin, 2000; Kim, 1993).
            Tujuan individual learning bagi para peserta didik adalah agar mereka secara mandiri dapat mengatur tujuan pembelajaran jangka pendek dan jangka panjang yang ingin dicapai, melacak kemajuan dan prestasi selama waktu periode tertentu. Manfaat sistem pembelajaran Independent ini mampu memenuhi kepentingan peserta didik secara individual.
            Mercer dan Mercer (1989) menyatakan bahwa terdapat empat langkah penting dalam pelaksanaan individual learning , yaitu:
• Mengidentifikasikan ketrampilan yang ditargetkan melalui assessment
• Menentukan kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang mungkin dapat memudahkan (memfasilitasi) pembelajaran.
• Merencanakan pembelajaran.
• Memulai pembelajaran yang mengatur data harian.
• Menentukan bagian dari proses belajar dinegosiasikan oleh peserta didik dan fasilitator/dosen.

B.     COOPERATIVE

            Cooperative learning merupakan suatu aktivitas pembelajaran dengan penekanan pada pemberdayaan peserta didik untuk saling belajar melalui pembentukan kelompok-kelompok sehingga mereka dapat bekerja sama dalam memaksimalkan proses pembelajaran diri sendiri ataupun peserta didik lainnya secara lebih efektif. Cooperative learning mempunyai tujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri, memperbaiki kemampuan berfikir secara global, meningkatkan hubungan antarkelompok, dan meningkatkan gairah belajar. Manfaat yang diperoleh dalam pembelajaran cooperative learning adalah peningkatan rasa kepercayaan diri, peningkatan rasa menghargai keberadaan orang lain, peningkatan rasa untuk saling memberikan dan menerima pengetahuan diantara peserta, dan peningkatan kesadaran perlunya kemampuan dalam bekerjasama (Team work).
Prinsip pembelajaran cooperative adalah terjadi komunikasi antar peserta didik, tanggung jawab terhadap hak dan kewajibannya, saling menghargai antarpeserta didik, dan setiap peserta mempunyai peran yang sama dalam menyelesaikan masalah.


C.     COLLABORATIVE

            Collaborative learning pada dasarnya merupakan pembelajaran yang berdasarkan pengalaman peserta didik sebelumnya (prior knowledge) dan dilakukan secara berkelompok. Collaborative learning dilakukan dalam kelompok, seperti halnya pada pembelajaran kooperatif dan kompetitif, tetapi tidak diarahkan untuk berkompetisi dan tidak diarahkan hanya pada satu kesepakatan tertentu.
Collaborative learning mempunyai tujuan untuk memperluas perspektif/ wacana peserta didik, mengelola perbedaan dan konflik karena proses berpikir divergen, membangun kerjasama, toleransi, belajar menghargai pendapat orang lain, dan belajar mengemukakan pendapat. Manfaat yang diperoleh dalam pembelajaran colaborative learning adalah mengembangkan daya nalar berdasarkan pengetahuan/ pengalaman yang dimiliki dan sharing pengetahuan/pengalaman dari teman kelompoknya, memupuk rasa tenggang rasa, empati, simpati dan menghargai pendapat orang lain, menambah pengetahuan secara kolektif, dan mendapatkan tambahan pengetahuan untuk dirinya sendiri.

D.    ACTIVE

            Active learning mengacu pada teknik di mana peserta didik melakukan lebih banyak aktivitas dan bukan hanya mendengarkan fasilitator. Peserta didik melakukan beberapa hal termasuk menemukan, mengolah, dan menerapkan informasi.           Active learning bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristika pribadi yang mereka miliki. Di samping itu active learning juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Manfaat active learning adalah untuk memungkinkan peserta didik berperan secara aktif dalam proses pembelajaran baik dalam bentuk interaksi antar peserta didik maupun peserta didik dengan pengajar.
                        Prosedur pelaksanaan active learning adalah :
a. Penentuan kebutuhan untuk pembelajaran dan peserta didik
b. Menyusun hasil pembelajaran (secara umum)
c. Menetapkan tujuan pembelajaran
d. Merancang aktifitas pembelajaran
e. Rangkaian aktifitas pembelajaran
f. Mengawali rencana secara terperinci
g. Meninjau kembali rancangan secara rinci
h. Mengevaluasi hasil keseluruhan.

E.     SELF DIRECTED

            Self-directed learning (SDL) adalah cara pembelajaran di mana peserta didik mengambil inisiatif dan tanggung jawab tentang pembelajaran. Dalam SDL peserta didik sendiri yang menentukan bahan ajar, mengelola dan menilai proses pembelajaran dan hasilnya. SDL dapat dilaksanakan kapan saja dan di mana saja, memakai cara pembelajaran yang bebas dipilih sendiri.
Tujuan dari pembelajaran dengan cara SDL ialah untuk pengembangan tanggung jawab dan kemandirian peserta didik dalam proses pembelajaran dan dalam menentukan materi pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan. Metode SDL akan bermanfaat menghasilkan kompetensi yang lebih baik, dan karena peserta didik sendiri yang menentukan kompetensi yang diinginkan maka kompetensi yang diperoleh juga lebih berguna bagi peserta didik.
Bentuk kegiatannya ialah setiap peserta didik harus mempunyai logbook yang dipakai untuk mengatur pembelajarannya. Peserta didik mempelajari dan mengetahui berbagai tugas, hak, kewajiban mereka serta berbagai pengetahuan dasar yang perlu dimilikinya. Institusi memberi peluang kepada peserta didik untuk melakukan pengaturan belajar mandiri (self-regulated learning) yang meliputi: membuat rencana pembelajaran, monitoring setiap kegiatan belajar dan melakukan evaluasi belajar secara tertulis dalam logbook.

F.      RESEARCH BASED

            Research-based learning (RBL) adalah merupakan salah satu metode (SCL) yang mengintegrasikan penelitian di dalam proses pembelajaran. RBL memberi peluang/kesempatan kepada peserta didik untuk mencari informasi, menyusun hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan atas data yang sudah tersusun; dalam aktivitas ini berlaku pembelajaran dengan pendekatan “learning by doing”. (Jones, Rasmussen, & Moffitt, 1997; Thomas, Mergendoller, & Michaelson,1999, Thomas, 2000).
            RBL bertujuan untuk menciptakan proses pembelajaran yang mengarah pada aktivitas analisis, sintesis, dan evaluasi serta meningkatkan kemampuan peserta didik dan dosen dalam hal asimilasi dan aplikasi pengetahuan. Dengan RBL maka peserta didik dapat memperoleh berbagai manfaat dalam konteks pengembangan metakognisi dan pencapaian kompetensi yang dapat dipetik selama menjalani proses pembelajaran
 
G.    CASE BASED

            Case-based learning (CBL) adalah pembelajaran berbasis kasus. Peserta didik disediakan kasus yang merupakan simulasi bagi mereka untuk melatih diri sebagai profesional yang sesungguhnya. CBL bertujuan untuk (a) melatih mahasiswa belajar secara kontekstual, (b) mengintegrasikan prior knowledge dengan permasalahan yang ada di dalam kasus dalam rangka belajar untuk mengambil keputusan secara professional, dan (c) mengenalkan tatacara pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang tepat atau rasional (evidence-based). CBL bermanfaat agar (a) dosen menyiapkan dan menyediakan pokok bahasan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sebagaimana tertera di dalam rencana program kegiatan pembelajaran semester (RPKPS), (b) bersama-sama peserta didik membahas kasus yang disajikan. Peserta didik terlatih dan kemudian terbiasa untuk berpikir secara kritis ketika mengaktifkan dan menggunakan prior knowledge mereka yang dirangsang oleh kasus yang sedang dibahas bersama.
             

H.    PROBLEM BASED LEARNING DENGAN METODE SEVEN JUMPS

            Problem-Based Learning (PBL) adalah suatu metoda pembelajaran di mana peserta didik sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student-centered. PBL bertujuan mengembangkan . knowledge  (materi dasar dan komunitas selalu dalam konteks), skills hard-soft-life skills ( berpikir secara ilmiah), critical appraisal (terampil dalam mencari informasi, terampil dalam belajar secara aktif & mandiri, dan belajar sepanjang hayat), attitudes (nilai kerjasama, etika, ketrampilan antarpersonal, menghargai nilai psikososial). PBL bermanfaat untuk peserta didik memiliki kecakapan dan sikap yang positif, antara lain: kerjasama dalam kelompok, kerjasama antarpeserta didik di luar diskusi kelompok, memimpin kelompok, mendengarkan pendapat kawan, mencatat hal-hal yang didiskusikan, menghargai pendapat / pandangan kawan, bersikap kritis terhadap literatur, belajar secara mandiri, mampu menggunakan sumber belajar secara efektif, dan ketrampilan presentasi. Secara keseluruhan, kecakapan dan sikap tadi merupakan modal utama dalam pembentukan lifelong learner.
            Seven Jumps (7 langkah) pada PBL :
    L1: Menjelaskan istilah dan konsep
    L2: Menetapkan kata kunci dan masalah
    L3: Menganalisis masalah
    L4: Menhubungkan atau menarik kesimpulan
    L5: Merumuskan tujuan/sasaran pembelajaran
    L6: Mengumpulkan informasi
    L7: Mensintesis dan menguji informasi baru

 III. Manfaat Sistem SCL

Di dalam SCL para peserta didik memiliki keleluasaan untuk mengembangkan segenap potensinya (cipta, karsa, dan rasa), mengeksplorasi bidang/ilmu yang diminatinya secara bertanggung jawab, membangun pengetahuan serta kemudian mencapai kompetensinya melalui proses pembelajaran aktif, interaktif, kolaboratif, kooperatif, kontekstual dan mandiri.

IV. Keunggulan Dan Kekurangan SCL Dan TCL

Keunggulan  SCL :
§  Mengaktifkan mahasiswa
§  Mendorong mahasiswa mengasai pengetahuan
§  Mengenalkan hubungan antara pengetahuan dan dunia nyata
§  Mendorong pembelajaran secara aktif dan berpikir kritis
§  Mengenalkan berbagai macam gaya belajar
§  Memperhatikan kebutuhan dan latar belakang pembelajar
§  Memberi kesempatan pengembangan berbagai strategi assessment

Kekurangan SCL :
§  Sulit diimplementasikan pada kelas besar
§  Memerlukan waktu lebih banyak
§  Tidak efektif untuk semua jenis kurikulum
§  Tidak cocok untuk mahasiswa yang tidak terbiasa aktif, mandiri, dan demokratis

Keunggulan TCL :
§  Sejumlah besar informasi dapat diberikan dalam waktu singkat
§  Informasi dapat diberikan ke sejumlah besar mahasiswa
§  Pengajar mengendalikan sepenuhnya organisasi, bahan ajar, dan irama pembelajaran
§  Merupakan mimbar utama bagi pengajar dengan kualifikasi pakar
§  Bila kuliah diberikan dengan baik, menimbulkan inspirasi dan stimulasi bagi mahasiswa
§  Metode assessment cepat dan mudah

Kekurangan TCL :
§  Pengajar mengendalikan pengetahuan sepenuhnya, tidak ada partisipasi dari pembelajar
§  Terjadi komunikasi satu arah, tidak merangsang mhs untuk mengemukakan pendapatnya
§  Tidak kondusif terjadinya critical thinking
§  Mendorong pembelajaran pasif
§  Suasana tidak optimal untuk pembelajaran secara aktif dan mandiri







DAFTAR PUSTAKA


Priyatmojo, Achmadi dkk. 2010.  Buku Panduan Pelaksanaan Student Centered Learning (Scl) Dan Student Teacher Aesthethic Role-Sharing (Star).
http:/ml.scribd.com/doc/56395455/Buku-Panduan-Pelaksanaan-SCL-STAR. Diakses tanggal 4 September 2012

Harsono, Sastrowijoto S. 1996. Inovasi Pendidikan Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; Pertemuan Consortium of Health Sciences. Jakarta.

Kuliah umum yang diberikan oleh Prof.Dr.drh.Bambang Sumiarto,SU.,M.Sc.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar